Ada yang bilang puteri Solo itu selain cantik juga lemah lembut. Tidak tahu juga, karena sejarah pernah membuktikan sebaliknya. Sri Susuhunan Pakubuwono X pernah mengambil puteri Hamengku Buwono VII untuk dijadikan istri - garwa padmi - permaisuri keraton. Rupanya ini membuat isteri isteri lain tidak berkenan. Entah kenapa bayi yang yang dikandungnya keguguran. Bisik bisik yang tak terungkap, sebuah ‘ operasi rahasia ‘ telah dilakukan untuk menggagalkan keturunannya menjadi putera mahkota.Intrik intrik selalu terjadi di keraton Solo sejak dulu. Perebutan kekuasaan dan kekerasan menjadi catatan sejarah raja raja Mataram dari Solo.
Gubernur Jendral VOC Van Imhoff paling berperan dalam memaksa Paku Bowono II menyerahkan Negara Mataram dalam genggaman tangan penjajah.Keraton Solo juga dianggap kurang nasionalis dan ragu ragu memihak kepada Republik ketika proklamasi. Berbeda dengan Keraton Yogjakarta yang langsung mengambil sikap berdiri dibelakang Negara yang baru lahir ini.Tidak tahu juga apakah ini membuat Solo tidak mendapat status Propinsi daerah Istimewa seperti Yogjakarta. Awalnya setelah proklamasi Solo hanya dijadikan daerah militer Istimewa, dengan gubernur militernya , Wikana. Kemudian jabatan ini dioper ke Kolonel Gatot Soebroto. Sementara jabatan Gubernur militer Jogja dipegang Jend Urip Sumohardjo sebelum diambil alih Sultan Hamengkubuwono IX sendiri.Akhirnya Keraton Solo sepertinya tergerus jaman. Ketika api melahap habis bangunan keraton tahun 1985. Orang berkata, keraton sudah kehilangan wahyunya. Walau soko tiang tetap mendatangkan kayu jati dari hutan keramat donoloyo, tetap tidak membawa aura kerajaan yang pernah berjaya di masa silam.
Keraton Solo hanya lebih terkenal urusan intrik, benda benda sejarahnya yang dijualbelikan, bagi bagi gelar kebangsawanan serta wanita. Konon ada dukun pijat khusus dari daerah Sragen yang khusus melayani sang Raja – yang sudah mangkat – agar tetap jreng dan perkasa.Menyedihkan bahwa keraton Solo tidak dibanggakan oleh rakyatnya sendiri.
Namun mestinya ada juga yang bisa dibanggakan oleh orang orang Solo,bahwa mereka kini memiliki sebuah entitas blogger yang dinamakan Bengawan .Hari ini, ditengah hujan yang rintik rintik seharian, saya datang ke kota Solo untuk menyaksikan hadirnya sebuah komunitas blogger baru. Sejak lama saya memperhatikan banyak tulisan dan gagasan muncul dari blog blog warga Solo.Sejak pertemuan pertama saya dengan teman teman Solo dulu, telah membuat saya percaya bahwa sebuah komunitas blog ini akan membawa suara perubahan identitas daerah dan masyarakatnya.Solo mungkin tak peduli dengan intrik intrik Keratonnya, karena bisa saja Bengawan akan menjadi guardian - pengawal - budaya keraton yang masih tersisa disana.
Dengan dukungan luar biasa dari Sang Wallkota, yang sangat berpikiran progresive dan sadar bahwa blogger bisa menjadi pewartaan tentang Solo sendiri. Blog bisa menyuarakan gagasan kota heritage, kota sejarah dan kota budaya. Sekaligus menjadi antitesis bahwa blogger seperti menjadi menara gading bagi masyarakatnya. Bukan blogger yang terasing dari masyarakatnya.
Perlehelatan di Rumah Dinas Walikota Solo di Loji Gandrung mestinya menjadi saksi keanekaragaman komunitas blog di Indonesia. Biarlah komunitas blog ini tetap dengan identitas daerahnya, pikiran dan gayanya masing masing.
Jika Maia Estianti saja bisa bangga mendapat gelar Kanjeng Masayu dari Sunan PB XIII Hangabehi - Entah jasa apa yang dilakukan oleh penyanyi itu kepada keraton Surakarta. Malam ini, saya bisa lebih bangga melihat komitmen teman teman blogger Solo. Sebuah simbol persaudaraan yang selalu digadang gadangkan para blogger.Siapa tahu gamelan Kyai Guntursari dan Kyai Gunturmadu akan dengan sendirinya berbunyi tanpa ditabuh. Sebuah kerinduan tentang Solo yang besar dan berwibawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar