Minggu, 23 Mei 2010

mengatur kerja dan kuliah

Kuliah Sambil Kerja, Why Not? Penulis : Martina Lenora Lelyemin (Nora)
Tuntutan dan persaingan dalam dunia kerja di Indonesia (khususnya di Jakarta) saat ini semakin berat. Banyaknya pencari kerja tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Bila lapangan kerja itu tersedia, seringkali tidak memberikan kesejahteraan yang diimpikan.

Penyebabnya antara lain gaji yang hanya sedikit di atas Upah Minimum serta makin tidak berharganya nilai sebuah ijazah. Jangankan hanya mengandalkan ijazah SMA atau D3, pencari kerja dengan ijazah Strata satu (S1) pun saat ini sangat sulit mendapatkan pekerjaan. Lulusan SMA paling hanya dapat menduduki posisi waitress, kasir, atau posisi administrasi umum dan supervisor bagi mereka yang sangat beruntung. Begitu pula dengan lulusan D3. Contohnya adalah saya sendiri. Saya adalah lulusan D3 jurusan Broadcasting di salah satu universitas negeri di Depok. Sejak dahulu saya bercita-cita menjadi seorang reporter. Oleh karena itulah saya mengambil jurusan Broadcasting. Ternyata setelah lulus, syarat seorang reporter minimal haruslah mempunyai gelar S1. Pupuslah harapan saya menjadi seorang reporter dengan modal ijazah D3. Beberapa teman yang baru menyelesaikan pendidikan S1-nya pun mengeluhkan betapa sulitnya mendapatkan pekerjaan impian. Selain terbentur masalah serangkaian tes masuk kerja yang amat berat, posisi dan gaji yang ditawarkan pun seringkali tidak sesuai dengan keinginan.

Untuk memenangkan persaingan tersebut, tenaga kerja dituntut untuk memiliki kelebihan, baik dari segi skill (keterampilan) maupun pengalaman. Salah satu cara yang banyak ditempuh oleh para pekerja adalah mengambil kuliah lagi di sela-sela waktu kerja mereka, dengan harapan, dengan pendidikan yang semakin tinggi, dapat membuat mereka memperoleh jabatan / posisi dan gaji yang lebih baik. Apalagi di Indonesia yang sekarang ini masih sangat berorientasi pada pendidikan dan ijazah formal.

Pertanyaannya adalah, kuliah sambil kerja, apakah mungkin? Jadwal kuliah yang padat ditambah dengan tugas-tugas kuliah yang seabreg, membuat para karyawan berpikir seribu kali untuk mengambil kuliah lagi.

Bagi mereka yang bekerja di instansi pemerintah, mungkin lebih mudah mengatur waktu karena jam kerja yang tetap dan lebih fleksibel. Tetapi bagi mereka yang bekerja di instansi swasta, ketatnya jam kerja dan adanya jam kerja tambahan atau lembur menjadi masalah utama. Belum lagi sikap banyak perusahaan yang tidak mau karyawannya mengambil kuliah karena khawatir akan mengganggu kerja, yang berujung pada kerugian perusahaan. Maka untuk menunjang karier, ada sebagian orang yang secara sembunyi-sembunyi melakukan kuliah sambil bekerja.

Beruntung bagi Wawan, 27 tahun, karyawan sebuah bank swasta yang melanjutkan kuliahnya mengambil S1 Ektensi di FISIP UI. Atasannya sangat kooperatif memberikan dispensasi pulang cepat bila sedang ada ujian. Menurut Wawan, atasannya sangat mendukung karyawannya yang ingin mengembangkan diri, sehingga di kantornya banyak sekali karyawan yang memutuskan untuk kuliah lagi. Tidak hanya S1 tetapi juga S2.

Lalu bagaimana membagi waktu, tenaga, dan pikiran antara pekerjaan dan kuliah? Masih menurut Wawan, memang terasa amat sulit. Begitu jam kantor selesai ia harus cepat-cepat pergi ke kampus agar tidak terlambat. Apalagi jarak antara kantor dan kampusnya lumayan jauh dan harus menghadapi macetnya jalan-jalan Jakarta. Bila ada kuis atau ujian, Wawan mencuri-curi waktu di sela-sela pekerjaannya untuk sekedar membaca bahan kuliah. Di kelas, dengan tenaga dan pikiran yang tersisa, Wawan mencoba untuk berkonsentrasi penuh pada penjelasan dosen. Setelah sampai di rumah, walaupun badan terasa lelah dan mengantuk, ia berusaha menyisihkan waktu untuk mengulang kembali apa yang diajarkan dosen di kelas. Belum lagi tugas-tugas kuliah yang harus diselesaikan, yang juga membutuhkan waktu dan tenaga.

Dengan kondisi demikian, hanya sedikit orang yang dapat me-manage waktunya dengan sangat baik sehingga ia sukses dalam karier dan kuliah. Melepas pekerjaan demi mengejar sukses kuliah bukanlah pilihan yang bijak, karena banyak yang menggunakan gaji dari pekerjaan yang sekarang untuk membayar atau paling tidak meringankan biaya kuliah.

Selain waktu, kendala lain yang paling klasik yang dihadapi oleh karyawan yang mengambil kuliah lagi adalah masalah uang. Demi membayar uang kuliah dan membeli buku-buku yang sekarang ini semakin mahal, mereka harus mengorbankan keinginan-keinginan untuk bersenang-senang dan membeli barang-barang yang mereka inginkan. Belum lagi jika sudah berkeluarga, tentu lebih banyak lagi hal-hal yang membutuhkan perhatian. Seperti salah satu teman saya yang harus memilih antara mengikuti ujian akhir atau menemani istrinya yang melahirkan.

Meskipun tampaknya konsekuensi yang harus dijalani begitu berat, namun tetap tidak menyurutkan semangat banyak orang untuk kuliah sambil kerja. Karena semua itu semata-mata demi cita-cita serta pengembangan kualitas pribadi. Selain itu banyak pula kelebihan yang dimiliki mereka yang kuliah sambil kerja. Selain pendidikan yang lebih tinggi, soal pengalaman kerja pun tidak usah diragukan lagi, sehingga lebih mudah mencari pekerjaan baru yang lebih baik. Tantangan dan kesulitan pun tidak lagi dirasa berat apalagi bagi mereka yang berprinsip kesuksesan akan dicapai melalui kerja keras dan pengorbanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar